Melatih Kemandirian Hari ke-1 [Bagian 1]

Mendapatkan materi ke-2 di Kuliah Bunda Sayang ini, rasanya semakin terjal. Belum beres dengan komunikasi produktif, harus terus lanjut ditambah praktek melatih kemandirian. Materi ini memecut Saya untuk segera berubah, memperbaiki satu demi satu kebiasaan setiap harinya. Target pertama, Saya konsisten mengadakan event/kegiatan yang saya usulkan, tanpa mengandalkan orang lain. Ada banyak kegiatan yang menuntut kemandirian saya, salah satunya adalah mengadakan #LapakGratis IIP Cianjur. Kenapa? Karena bulan ini koordinator lainnya berhalangan untuk berpartisipasi langsung. Tapi kegiatan ini harus tetap diadakan. 

Kamis, 23 Februari 2017 adalah jadwalnya Lapak Gratis IIP Cianjur. Pagi hari, Saya hampir lupa, dan sempat ada niat untuk tidak membuka lapak. "Ahh... paling hujan, kalau hujan gak usah buka lapak gratis". Nyatanya, Mikail ingin melihat kesungguhan saya mengusulkan ide Lapak Gratis.  Hari kamis pagi begitu cerah!! Tidak ada alasan untuk tidak berangkat. DItambah, barang-barang yang masih bermanfaat sebenarnya sudah terkumpul cukup banyak. Karena Saya terus melakukan konmari, sehingga setiap minggunya selalu ada barang yang masuk ke koper donasi (Red: Koper Donasi adalah koper jadul yang saya gunakan untuk mengangkut barang-barang ke lapak gratis). 

Flyer Lapak Gratis #2 IIP Cianjur

Pukul 08.00 WIB saya menyampaikan niat saya pada rekan guru untuk membuka lapak gratis. Saya izin keluar setelah anak-anak selesai circle time. Rasanya malas. Ini harus saya katakan, Saya benar-benar kurang semangat membuka lapak gratis, karena Saya harus sendirian membuka lapak. Beragam pikiran pesimis dan negatif keluar masuk. Meski demikian, kaki dan tubuh saya terus dipaksa untuk bergerak dan membuka lapak. 

Sesaat akan pergi, Saya bilang pada anak-anak, "Nisrin, Evelyn, Kirei... Bunda mau buka lapak gratis. Kalian mau ikut bantu atau belajar di rumah?". Ternyata, mereka tanpa pikir panjang mereka menjawab, "Ikuuuttt...!!! Horeeee kita mau buka lapak gratis!!". Seketika itu juga semangat saya naik 1 level. Nisrin inisiatif menarik koper donasi. Evelyn dan Kirei jalan beriringan. Dan melihat itu, senyum pun mengembang di ujung bibir.. :)

Sesampainya di area pasar kamis, trotoar yang bulan lalu menjadi area lapak gratis sudah terisi. Rasanya ingin kembali pulang. Tapi saya terus memaksa kaki ini terus melangkah maju. Saya menyapa para pedagang yang masih mengenali saya. Minta izin untuk ikut buka lapak. Saya memilih satu area kecil di samping Ibu-Ibu penjual baju anak-anak. Saya sampaikan, Saya mau membuka lapak gratis, dan menawari para pedangang, tukang becak, petugas kebersihan dan pengemis untuk mengambil barang di lapak gratis, max. 2 item/orang. 

Mudah tidak? Tidak ada yang mudah. Waktu Lapak Gratis #1, Saya dan Teh Rindu tetap harus menjajakan barang, menawarkan satu per satu barang pada orang yang lewat. Padahal semuanya gratis. Mungkin karena mereka belum paham cara kerja lapak gratis. Ada yang gengsi tidak mau mengambil tapi setelah di akhir-akhir mereka ikut mengambil. Ada juga yang bertanya, dijual berapa? Beli 1 gratis 1 kah? Di lapak Gratis #2, hal serupa terjadi. Segala sesuatu ternyata perlu aplikasi komunikasi produktif. Dan... itu perlu latihan, latihan dan terus latihan.

Lapak Gratis #1

Selama 30 menit saya cuap-cuap menjajakan barang di lapak gratis. Menyampaikan bahwa barang ini bagus, bermanfaat. Atau barang itu cocok untuk anak remaja, atau barangkali ingin diberikan lagi pada orang lain. Selama lapak gratis ini, Nisrin saya minta untuk mengambil dokumentasi (Tapi hasilnya kurang bagus, dia agak kaget sepertinya melihat aksi saya... :D) Evelyn dan Kirei berdempetan dekat Saya, saya pastikan supaya mereka tetap aman. Alhamdulillah... semua barang berhasil tersalurkan. Pikiran pesimis dan negatif yang berseliweran itu terbantahkan semua. Nisrin, Evelyn dan Kirei juga senang melihat barang-barang tersebut menjadi lebih bermanfaat dibandingkan menumpuk di lemari atau pojok ruangan. Dan yang pasti, konsekuensi atas tidak merapikan barang/mainan milik sendiri pun semakin nyata, dijajakan di lapak gratis. Hehehe....

Lapak Gratis #2 dengan Area Terbatas

Saya pamit pada para pedangang kaki lima, berterima kasih karena sudah diberi tempat, dan menyampaikan kalau lapak gratis hanya 1 bulan sekali, setiap kamis ke-4. Ternyata ada yang menanggapi, "Neng... kemis payun aya deui? Engke mah sembako gratis..." request mamang-mamang tukang jualan. Hehehe... Insyaa Allah Aamiin... semoga ada rejekinya. ^.^

Pelajaran hari ini adalah, meski terasa berat untuk bisa mandiri menjalankan event, paksakan saja diri ini untuk terus bergerak secara positif. Meski pikiran pesimis dan negatif datang berseliweran, segera pangkas dengan terus berpikiran positif dan optimis. Apalagi lapak gratis adalah ladang rejeki. karena rejeki kita sebenarnya ada pada berbagi dan memuliakan orang lain. 

Ps. Jadi kangen Teh Rindu dan teman-teman Edumainers :D

#Level2
#MelatihKemandirian
#KuliahBunSayIIP

4 komentar:

  1. Terharu bacanya. Andai dekat pasti aku yang menemani sama anak-anak.. Semangat bunda Chika...

    BalasHapus
  2. Wahh..ada yg ga mau ya dikasih gratis..tp kalo sembako pasti ngaburudul teh..hihi

    BalasHapus