Mengatasi Tantrum Pada Anak Batita

Alhamdulillah... Evelyn sudah berusia 2.5 Tahun. Setiap anak memang unik. Meskipun Ayah Bundanya sama, kebiasaan, perkembangan, dan tantangan yang dihadapi pasti berbeda. Ketika mengasuh Nisrin di usia batita, Kami tidak menghadapi masalah tantrum. Tapi pada anak yang kedua ini, Evelyn, Kami menghadapi masalah tantrum. @.@

Menurut beberapa sumber informasi, Tantrum merupakan fase perkembangan emosi yang biasanya dialami oleh anak usia 1.5 hingga 3 tahun. Ada juga yang masih mengalaminya hingga usia 5 Tahun. Semoga Evelyn hanya beberapa saat saja....

Mayoritas tantrum merupakan ekspresi dari kehilangan kendali, yang merupakan tanggapan dari perasaan frustasi, ketidakberdayaan, dan kemarahan, dan terjadi karena kurangnya keterampilan anak dalam  menghadapi perasaan ini. Jadi.. tantrum sebenarnya merupakan luapan emosi yang normal dilakukan oleh seorang anak. Hanya saja... kadar dan intensitasnya akan berbeda pada setiap anak.
Anak yang berkarakter kuat, aktif dan berkeinginan kuat biasanya lebih menunjukkan kemungkinan tantrum.

Tingkah laku yang umum ditunjukkan saat tantrum terjadi antara lain berteriak, menangis, memukul, menendang, mengeraskan tangan dan kaki, menekuk tubuh ke belakang, menjatuhkan tubuh ke lantai, dan berlari. Pada tantrum yang parah, wajah anak bisa membiru, mual, atau bahkan menahan napas hingga kehilangan kesadaran tetapi refleks alaminya memastikan ia segera bernapas kembali sebelum membahayakan tubuhnya.

Tantrum yang terjadi pada Evelyn biasanya berteriak kepanikan hingga menangis tiba-tiba. Dan ketika itu terjadi, agak sulit untuk dihentikan. 


Untuk mengatasi tantrum pada anak, sebaiknya KIta harus menganalisa terlebih dahulu, apa yang menyebabkan tantrum itu sendiri. Karena, biasanya penyebabnya pun berbeda-beda. Pada Evelyn, umumnya karena makanan. Evelyn termasuk anak yang doyan makan, ketika waktunya makan, jika ia merasa makanan miliknya akan terkurang porsinya, ia akan panik. Dia juga panik jika mendapati Kakaknya Nisrin masih memegang makanan sementara miliknya sudah habis. 
Atau jika Evelyn melewatkan tidur siangnya, otomatis di sore harinya ia akan rewel tanpa sebab.
Pernah juga karena Evelyn mendapati dirinya ketiduran, dan tidak ikut Nisrin pergi ke tempat les. @.@

Untuk menanganinya, ada beberapa cara yang bisa diterapkan:
  • Pahami lebih dulu tuntutan atau keinginan anak. Anda tak harus serta merta menuruti atau lebih ekstrim langsung menolak.  Sejauh itu adalah permintaan yang wajar sesuai kebutuhan anak. Jika ingin memenuhi keinginannya, beri jeda antara saat anak meminta dengan saat Anda memenuhi permintaannya. Ini untuk melatih anak menunda pemenuhan keinginan.
  • Hindari mengumbar janji. Tidak setiap keinginan anak bisa Anda penuhi, itu betul. Tapi mengumbar janji untuk menghindari rengekan bukan cara yang tepat. Anak selalu ingat janji, dan dia akan selalu menagihnya hingga terpenuhi. Anak seringkali minta sesuatu hanya untuk memuaskan rasa inginnya. Jelaskan padanya bahwa keinginan tidak sama dengan kebutuhan.  Memberi janji tanpa menepati, mengajarkan anak untuk ingkar janji.
  • Kenali tangisannya. Saat mulai menangis karena  keinginannya tidak terpenuhi, perhatikan tingkahnya. Sambil menangis, anak akan melirik pada Anda  untuk memastikan kegalauan hati Anda. Lihatlah! Anak akan memeras-meras matanya untuk mengeluarkan air mata. Ini pertanda dia sedang memanipulasi perasaan Anda.
  • Berikan time out, bila anak mulai   bertindak destruktif karena tuntutannya diabaikan. Misalnya memukul dan merusak barang-barang di sekitarnya. Masukkan dia ke dalam kamar, jelaskan bahwa dia tidak boleh merusak dan boleh keluar dari kamar setelah tenang.
  • Peluk anak jika time out tidak berhasil. Jelaskan bahwa perilakunya tidak bisa diterima dan jelaskan padanya bahwa apa yang Anda lakukan adalah bentuk cinta Anda padanya.
  • Bawa anak masuk ke mobil atau toilet jika mulai memanipulasi Anda di tempat umum.  Tunggu sampai anak tenang. Jelaskan, bila dia tidak bisa berhenti merengek, Anda akan mengajaknya pulang.  
  • Tenangkan diri Anda bila di tempat  umum, agar tidak terjebak dalam permainananak. Bila panik, Anda akan segera menghentikan tangisnya dengan memenuhi tuntutannya.   
  • Menjauhlah sesaat, masuk kamar dan tenangkan diri jika Anda mulai galau  dan bingung apa yang sebaiknya dilakukan. Tarik nafas, jernihkan pikiran. Saat anak tenang, ajak melakukan kegiatan lain. Membahas kembali keinginan anak yang tak bisa Anda penuhi, akan memancing kembali rengekannya.
  • Abaikan tangisnya, ketika anak bersiap merengek dan menangis mempermainkan emosi Anda. Putarlah musik, dan berjogetlah di hadapan anak tanpa menatap matanya. Sadar tangisnya tak dapat  mengubah keputusan Anda, anak akan berhenti memainkan perasaan Anda.
  • Konsisten terhadap keputusan. Jika Anda memang tidak ingin mengabulkan keinginan anak, tetaplah teguh pada pendirian dan jangan ‘terjebak’.  Bila Anda luluh, akan semakin menguatkan pemahaman anak bahwa Anda mudah dipermainkan.
  • Ajak anak ke kamar mandi, jika dia pura-pura menangis dan pura-pura ingin muntah. Anak akan menggunakan segala cara untuk menggoyah pendirian Anda. Biasanya ketika anak menangis sampai muntah, Anda akan memeluknya.  Dalam hal ini Anda tetap harus jeli melihat kepura-puraan itu. Ajak anak ke kamar mandi, katakan bahwa dia tidak boleh muntah di sembarang tempat. Malu usahanya tak berhasil, anak takkan melakukannya lagi.
  • Beri contoh, bahwa Anda bukan orang yang impulsif ingin seketika memenuhi keinginanya. Ungkapkan ini pada anak, misalnya “Tadi di toko ada tas bagus banget. Warnanya bunda suka. Tapi, setelah bunda pikir, bunda masih punya tas lain yang masih bagus, jadi bunda nggak beli.” (Sumber: Ayahbunda)

Cara-cara tersebut sudah Kami coba terapkan, memang butuh kesabaran, tapi memang berhasil. 
Namun sebaiknya, Kita sebagai orang tua harus sebisa mungkin menhindari tantrum. 
Caranya adalah:
  • Mengalihkan perhatian. Saat merasa tantrum akan terjadi, Anda memiliki sedikit waktu untuk mengalihkan perhatian anak. Secepat mungkin tunjukkan mainan baru, atau tunjukkan kejadian yang sedang terjadi di luar rumah dengan mengatakan, "Sepertinya ada bus yang datang, yuk kita lihat". Cara ini cukup manjur terutama pada anak kecil, walaupun anak usia tiga tahun ke atas tidak mudah tertipu dengan cara ini.
  • Penggantian. Jika Anda langsung menawarkan mainan baru, anak dengan senang hati memberikan kunci yang Anda inginkan. Contoh lainnya memberikan kertas saat ia ingin menggambar di dinding rumah, atau majalah lama untuk ia sobek-sobek jika ia mencoba untuk menyobek koran Anda.
  • Memperhatikan pola tingkah laku tertentu. Jika anak sering menunjukkan tantrum, sebaiknya Anda mencatat apa yang terjadi sebelum tantrumnya meledak, dan situasi seperti apa tantrum biasanya terjadi. Misalnya, jika tantrum sering terjadi saat anda menyiapkan makan siang, cobalah membiarkannya membantu Anda menyiapkan meja makan, atau memberikan mainan yang menarik sebelum Anda menyiapkan makanan. (Sumber: Bunda Konicare)
Untuk menghindari tantrum pada Evelyn yang terjadi pada waktu makan atau ngemil:
  • Menyiapkan makanan untuk masing-masing anggota keluarga. Jika makanan yang disajikan ada kemasannya, maka Kami tidak memperlihatkan bentuk kemasannya. Evelyn hanya tahu makanan dalam jumlah porsi miliknya saja.
  • Memulai bersantap makanan secara bersama-sama, dan menghabiskannya bersama-sama juga. ^.^


Untuk menghindari tantrum karena mengantuk atau kelelahan di sore hari, Kami "memaksa" Nisrin dan Evelyn untuk tidur siang setelah shalat dzuhur/makan siang.

Untuk menghindari tantrum karena keinginan yang tidak terpenuhi, Kami harus menginformasikan pada Evelyn segala hal yang akan Kami lakukan. Misalnya: membuat kopi (Evelyn suka menuang dan menakar kopi untuk ayahnya), memotong sayuran, menjemur pakaian, menyimpan pakaian yang sudah dicuci dan dilipat ke lemari, dll. Hal ini perlu dilakukan, karena Evelyn sedang pada masa "merasa sudah bisa", apa yang Kami lakukan, dia juga merasa sudah bisa melakukannya. Ketika dia ingin melakukan sesuatu, maka Kami harus melibatkannya. 

Kami memang masih menjalani fase ini, jadi bukan berarti Kami sudah "mahir" menghadapi tantrum pada anak yaa.... 

Alhamdulillah, ada Ayah dan Kakeknya Evelyn yang selalu siap menghadapi tantrum Evelyn secara bergantian. Tidak setiap saat, mood Kami siap untuk menghadapi tantrum. Bahkan Nisrin, seringkali menjadi penolong Kami dalam menghadapi tantrum Evelyn. :D 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar