Latihan Melepas Anak

 "Sejatinya tugas orang tua adalah melatih anak agar bisa mandiri dan hanya bergantung pada Allah SWT.." Entah Quotes dari siapa.. yang jelas itu ada di benak saya. Sudah tahu caranya? Terus terang belum jelas juga bagaimana caranya.. Karena ini bukan tentang anak-anak.. tapi justru tentang diri saya. 


Untuk anak pertama, saya lebih terlatih untuk melepas anak. Karena anak pertama sempat mencecap jadi anak Day Care sejak bayi. Saat saya mengajar sebagai guru, dia juga saya titipkan pada pengasuh. Beranjak usia sekolah dasar, ia sempat mengikuti tahfidz camp selama satu pekan. Dititipkan selama 2 pekan ke keluarga Doyan Dolan untuk mengikuti kegiatan Perak di Malang. Dan kini.. sudah 3 tahun dia mondok di Pesantren. Hal tersebut membuat saya semakin percaya.. dia mampu mandiri. 


Anak kedua.. baru satu kali dia menginap di luar.. Camping Pramuka Homeschooler. Kalau menginap di rumah saudara atau saya tinggal di rumah sudah pernah.. tapi selain itu, ia belum punya pengalaman. 


Anak ketiga.. dia nampak lebih adaptif berada di lingkungan baru. Terbukti 4 kali pindah rumah, dari cianjur bandung salatiga, dia adalah anggota keluarga yang paling cepat dikenal oleh lingkungan sekitar. Dan.. saat ini mulai dilatih untuk menginap di rumah temannya. 


Anak keempat.. masih balita.. dia adalah anak bungsu yang paling nempel dan romantis pada bundanya.. Sekolah TK pun hanya bertahan 3 bulan, karena ia mogok saat mulai saya tinggal di sekolah. Dan saya pun tidak cukup sabar untuk terus menungguinya di sekolah 😆


Saya sempat berpikir.. wah.. saya masih akan cukup lama melekat dengan anak-anak.. asumsi anak bungsu mulai mandiri di usia SMP... maka artinya saya punya waktu 6 tahun untuk melatihnya.. bersamaan dengan melatih kakak-kakaknya juga, dengan level yang disesuaikan.


Saat ada momen Konferensi Perempuan Indonesia, dan saya ditugaskan untuk menjadi Fasilitator.. saya pun semakin terpacu untuk menyiapkan anak-anak.


Untuk anak kedua dan ketiga, perihal kegiatan sehari-hari seperti masak nasi, masak telur, cuci baju dll yang dilatihkan. 

Untuk anak keempat.. fokusnya adalah.. bagaimana ia nyaman seharian bersama Ayahnya. Alhamdulillah.. meski LDM.. Ayahnya bisa fokus menguatkan bonding dengan anak, saat pulang ke rumah. 


Mendekati tanggal keberangkatan saya ke Malang, saya diskusi dengan suami.. Dengan cara apa menyampaikan pada si bungsu.. bahwa selama beberapa hari bundanya akan pergi. Apakah saya pamit terang-terangan.. ataukah sembunyi-sembunyi .


Alhamdulillah.. Suami saya sepakat untuk pergi secara terang-terangan.. Dan.. berhasil. 😉


Momen ini menjadi momen perdana dan penguat.. jika anak-anak dilatih.. pasti bisa.. maka fokusnya adalah.. bagaimana menyiapkan kesempatan berlatih bagi anak-anak..


Bukan hanya tentang kemandirian.. Insyaa Allah untuk segala hal.. jika diberi kesempatan.. anak-anak pasti bisa melaluinya..

Apakah ia suka atau tidak, naluri adaptif dan mandiri sudah ada dalam dirinya. Tugas kita sebagai orang tua adalah percaya. 😊

.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar