Sejak satu bulan yang lalu, tiba-tiba Air yang keluar dari kran Kami tidak begitu deras. Lama-lama air yang mengalir semakin sedikit, istilah sunda nya mah nyerelek. Kemudian, Ayahku mengecek ketersediaan air di sumur artesis kami. "Teh..harus diirit-irit airnya, sumurnya mulai kering.", pesannya padaku. Dan..oh..sejak seminggu yang lalu, bisa dibilang airnya tidak mengalir lagi. :'(
Kenapa bisa gitu ya? Kata Ayahku itu karena sumur kami bersebelahan dengan tetangga yang baru membuat sumur baru. Sehingga airnya kemungkinan tersedot ke sumur tetangga. Rasanya sedikit senewen sama tetangga itu. Padahal rumah Kami ini termasuk rumah "penyerap air". Bagaimana tidak, 40% areal rumah kami adalah areal hijau. Sedangkan rumah tetangga itu sama sekali tidak menyerap air. Bagaimana caranya ya..agar ketersediaan air kami kembali seperti semula? Mungkin kami harus membuat sumur baru yang tidak bersebelahan dengan tetangga kami. Kemudian kami juga harus membuat sumur serapan, sehingga air yang terserap lebih banyak. Dan juga membuat lubang-lubang biopori. Tapi tentu saja itu semua tidak bisa diwujudkan sekarang ini. Karena biayanya juga lumayan... Hm..jadi sementara ini, Kami harus mengambil air dari sumur bersama.
Sekitar 10 tahun yang lalu, warga di lingkungan kami membuat sumur artesis bergotong royong. Sumur itu adalah sumur terdalam dan terbesar di lingkungan kami. Warga yang membutuhkan air, boleh mengambil air dari sana melalui selang-selang panjang. Alhamdulillah, Kami masih bisa cukup mudah mendapatlan air bersih. Tidak seperti orang lain di berbagai daerah yang harus mengantri dengan membawa jerigen air.
Meskipun begitu, repot juga kalau harus "nyelang" air setiap hari. Jadi Kami mengambil air dua hari sekali saja. Dengan cara menampung air sebanyak-banyaknya terlebih dahulu. Selain itu, dalam menggunakan air pun Kami jadi lebih berhati-hati. Kami jadi lebih mengerti akan pentingnya menghemat air. Yang bisa kami lakukan sekarang ini:
1. Air bekas mandi Evelyn dan Nisrin dipakai untuk membilas pakaian yang terkena ompol.
2. Air bekas cuci beras, sayuran, buah dipakai untuk menyiram tanaman.
3. Air bilasan cucian dipakai untuk membersihkan kendaraan.
4. Ketika hujan, kami bisa menampung air hujan dengan ember yang kemudian bisa digunakan untuk menyiram tanaman/mencuci kendaraan, merendam piring kotor, dll.
5. Kami juga meminimalisir penggunaan gelas dan piring. Satu orang satu gelas, biasanya hampir setiap minum air putih, Kami menggunakan gelas baru. Sehingga cucian piring-gelas kotor lumayan banyak.
6. Mengepel lantai menggunakan lap pel, tidak dengan alat pengepel. Karena ternyata lebih irit penggunaan air untuk membilasnya.
Kini Kami lebih bijak dalam menggunakan air. Maaf dulu Kami kurang menyadarinya. Semoga sumur artesis kami bisa kembali.
Menggunakan air dengan bijak sama dengan bersyukur atas air. Alhamdulillah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar