Belajar Zero Waste

Kira-kira tiga tahun yang lalu, Saya berkenalan dengan YPBB. Saat itu, pentingnya ramah lingkungan, sukseskan stop illegal loging, kurangi sampah plastik, dll baru menyentuh ranah "tahu" pada diri Saya. Ketika ditugaskan untuk melakukan KKN bertemakan lingkungan, barulah Saya bingung. Nanti yang harus saya berikan pada masyarakat apa ya? Ngapain aja ya? Masa berkoar-koar saja soal polusi, sampah, penebangan hutan. alih fungsi lahan hijau jadi pemukiman, dll tanpa ada solusi praktis, taktis bagi masyarakat? Akhirnya..Saya dan teman-teman saat itu, inisiatif mengunjungi WALHI untuk meminta nasihat.

Sesampainya di kantor WALHI Bandung, Kami justru digiring untuk bertemu pihak YPBB dulu. Hm..apa sih YPBB? (Lengkapnya silahkan cek blognya sendiri ya.. hehe..) 

Di sana, Kami bertemu dengan Mba Anil dan kawan-kawan yang REAL dalam tindakan peduli terhadap lingkungan. Memang penting untuk mendukung gerakan-gerakan stop penebangan liar, penghijauan, yah..pokoknya kegiatan go green yang keren kerena lah.. Tapi bagi Saya juga terasa tidak nyata. Karena perubahannya tidak terasa langsung pada diri Saya. 
Maka, dari Mba Anil dan YPBB lah saya mengetahui solusi REAL yang bisa Saya lakukan--ZERO WASTE.

Zero Waste.. apa sih? Tahu sendiri kan? Kalu di kota Bandung tercinta ini terkenal juga akan sampahnya yang menggunung. Bukan hanya di Bandung sih..di Indonesia. Selama ini Saya tidak merasakan efek samping dari membuang sampah pada tempatnya. Karena tempat pembuangan sampahnya jauh dari rumah Saya. Buang sampah pada tempatnya, sampah itu diangkut ke tempat pembuangan sampah terakhir. Lalu lama-lama menggunung. Padahal, sampah itu sendiri akan mengakibatkan pencemaran, baik itu tanah-air-udara. 

Belajar dari Mba Anil, Saya mulai mengurangi produksi sampah dari rumah saya sendiri. Mengurangi penggunaan plastik, memanfaatkan kertas sebaik mungkin, menggunakan tupperware untuk membeli makanan, bawa air minum sendiri, menggunakan cloth diaper, reusable breastpad, mengganti tissue dengan waslap-sapu tangan, dll. Tapi yang paling susah, karena membutuhkan komitmen yang kuat adalah memilah sampah. 

Jujur, dalam hal memilah sampah Saya masih sering kecolongan. Saya sudah memisahkan bungkus kemasan bekas kopi instan, karena Saya sudah bisa memanfaatkannya menjadi dompet/tas cantik. Tapi sampah-sampah lain masih saya buang ke TPS. Sampah organik bisa saya tangani, karena halaman rumah saya cukup luas. Saya masih belajar untuk Zero Waste, karena ternyata..dibutuhkan komitmen yang kuat, bukan hanya pada diri saya, tapi juga seluruh anggota keluarga. Soalnya, BT juga..udah apik milah-milah sampah..taunya ada yang sembarangan buang sampahnya. Jadi jijik deh. Kalo udah jijik kondisinya..saya jadi malas buat milahnya lagi. Hehe..jangan ditiru. 

Gak kebayang..para pemulung di TPS dan TPA, mereka milah2 sampah yang rarujit. Coba kalau sampahnya udah dipilah dan langsung diberikan pada para pemulung, sampah-sampah itu akan lebih cepat tertangani. Apalagi ada beberapa jenis sampah yang bisa dijual lho.. Misal: sampah kertas, botol kaca/plastik, plastik kemasan makanan (Harus dibersihkan dulu, baru bisa dijual), kemasan tetra pak, dll. Kalau rajin, sebenarnya sampah-sampah itu bisa kita daur ulang, dan dijadikan benda lain yang bernilai jual. Tapi untuk yang ini saya juga belum melakukannya, hehehe....
O, iya.. dengan memisahkan sampah organik, berarti kita jugu turut mencegah penyakit yang bisa terjangkit pada para pemulung. Para pemulung, ada yang sampai milihin sisa makanan untuk dikonsumsinya. Aduh...jangan dibiarin dong! Kalau memang punya makanan berlebih, jangan dibuang ya...mending langsung dikasihin ke para pemulung. Jangan biarkan ada orang yang mengkonsumsi sisa makanan kita. Dengan memisahkan sampah organik, TPS dan TPA tidak akan serujit, sekotor, sebau sekarang ini.

Kalau di Jepang, kesadaran masyarakat dan pemerintahnya sudah tinggi, jadi pengelolaan sampahnya sudah di level advance. Jadi, daripada menghujat, menuntut, rariweuh gak jelas, mending dimulai dari diri sendiri dulu deh. Kalau bagi ibu-ibu yang masih setengah-setengah zero waste (like me.. :'P), bisa dimulai dengan menggunakan cloth diaper untuk anaknya yang masih bayi, menggunakan reusable breastpad, menstrual pad, wetbag, waslap, dll. Lumayan kan..kalo mengurangi sampah diaper. Katanya..jumlah sampah diaper dan pembalut itu 15% jumlah sampah keseluruhan. Bisa juga dengan mengurangi jajanan instan. Mending bikin camilan sehat sendiri. Kalau pun pengen..banget jajan, mending beli yang kemasan besar. 

Bagi yang gak punya waktu, coba deh dukung gerakan zero waste dengan cara mengklik tweet atau share. 
Yuk kita dukung...karena zero waste itu bisa dimulai dari diri sendiri. Sampah itu berasal dari rumah kita. Jadi harus ditangani juga di rumah. Saya masih belajar lho..belum 100% Zero Waste. Hehe... 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar