Proses Kreatif Mendukung Minat Anak Usia Dini

Bagi sebagian orang tua, kegiatan yang bersifat kompetisi dianggap kurang baik bagi perkembangan psikologis anak. Karena anak akan diajarkan untuk bersaing, padahal seharusnya diajarkan untuk bekerja sama. Mungkin anggapan itu muncul karena melihat adanya korban obsesi orang tua. Misalnya, sedari kecil anak diikutkan les kemudian selalu dipacu untuk mengikuti kompetisi. Alhasil sang anak selalu memiliki perasaan ingin menang. 

Saya juga tidak setuju yaa kalau anak harus selalu ikut kompetisi dan mengejar-ngejar gelar juara. Tapi adakalanya, moment kompetisi ini justru bagus untuk menumbuhkan minat dan bakat anak. Intinya adalah... proses yang diajalani oleh anak selama melatih minat dan bakatnya dilakukan dengan menyenangkan dan tidak membebani anak atau penuh dengan tuntutan.

Di tingkat RA atau TK Islam, selalu ada acara Porseni atau Aksera (Ajang Kreasi Seni dan Olah Raga RA) setiap tahunnya. Anak didik di tempat Saya mengajar jumlahnya tidak pernah lebih dari 25 anak. Karena kapasitas bangunannya memang segitu. Masing-masing anak biasanya memiliki minat dan bakat masing-masing. Sayangnya... tidak semua lomba bisa diikuti oleh anak. Karena adanya sistem kuota dan bergantung pada motivasi anak dan orang tua. 

Lomba yang biasanya diadakan, diantaranya: Lomba Tari Kreasi, Senam, Lari Estafet, Tahfidz, Da'i Cilik, Menggambar dan Mewarnai, dan Kolase. Dari sejumlah murid yang ada, Saya dan partner guru di sekolah berusaha untuk mengarahkan bakat dan minat anak. Banyak kendalanya... Misal, ketika kuota peserta lomba tari max. 6 orang, tapi ada lebih dari 6 orang yang berminat, siapa yang harus diikutsertakan? Ketika ada anak yang memiliki bakat dan motivasi kuat, tapi orang tuanya tidak mendukung, apa yang harus kami lakukan? Ketika tim sudah berlatih secara kontinyu, lalu ada yang absen mendadak karena sakit, sehingga tim intu gagal melaju ke perlombaan, bagaimana mengatasi kekecewaan anak-anak yang lain? Dan... masih banyak balada tantangan ketika sekolah yang jumlah siswanya terbatas, namun memiliki minat yang tinggi.

Setelah persiapan selama 1.5 bulan... akhirnya Kami hanya memberangkatkan 2 tim, tim Lomba Tari Kreasi dan lari Estafet. Banyak anak yang mendadak sakit dan kurang dukungan sehingga batal ikut serta. Padahal untuk Lomba Menggambar Kaligrafi pun sudah latihan selama 1.5 bulan. Dan hasil latihannya bagus. 

Lomba Menggambar Kaligrafi untuk Anak PAUD
Alifa 5 tahun, Kaligrafi Al-Malik
Untuk Lomba Tari Kreasi, Kami merancang tarian dengan tema "Rindu Rasul".  Kami meremix lagu Rindu Rasul Hadad Alwi dan Kisah 8 Dirham Gita Gutawa. Berbekal sedikit ilmu dari Workshop Tari, Kami merancang koreografi yang kids friendly. Kami juga merancang khusus kostumnya. Para peserta Lomba Tari ini terdiri dari 6 orang anak, dengan rentang usia 3-6 tahun. Tidak merata... Awalnya Kami hanya ingin memeilih 4 peserta lomba tari... tapi siswa lainnya punya minat dan motvasi yang cukup kuat. Melihat temannya berlatih, tanpa disuruh pun... mereka ikut berlatih sendiri. Anak-anak berlatih setiap hari Senin s.d Jum'at selama kurang lebih 1.5 Bulan. Ada yang berbakat, sehingga mudah untuk mengikuti gerakan, ada juga yang perlu latihan ekstra agar gerakannya luwes. 

Pembuatan kostum juga tidak kalah menguras tenaga dan waktu. Untungnya... para orang tua mau ikut bekerja sama membuat hiasan kostum tari. Sehingga bisa selesai tepat waktu. Rabu, 23 Maret 2014 anak-anak dilihat kesiapannya, mereka menari tanpa instruksi dan hitungan dari Kami, hasilnya? Berantakan. Hehehehe... padahal tanggal 17 Maret 2016, anak-anak sudah pernah menampilkan performa yang baik. Yaaa namanya juga anak-anak yaaa...

Kostum Tari untuk Anak
Membuat hiasan kostum tari
Kostum Tari untuk Anak
Menghias sepatu "low budget" agar tampil cantik
Kostum Tari untuk Anak
Menghias mahkota kostum tari
Kamis pagi.. sebelum berangkat ke lokasi perlombaan, anak-anak Kami cek lagi kesiapannya. Hasilnya lebih baik. Anak-anak Kami ajak untuk berdo'a meminta kemudahan, dan diminta untuk menikmati tariannya. Senyuuuuuum....!! Itu yang hampir selalu Kami ucapkan. "Nari nya yang seneng... Kan udah seneng sama lagunya... Boleh kok kalau mau nari sambil nyanyi. Kalau gak mau sambil nyanyi, senyum aja yaa...". 

Karena satu dan lain hal, Kami mendapat urutan terakhir untuk tampil... Alhamdulillah anak-anak gak sampai BT, cuma kasian aja... kelihatan gerah di ruangan yang penuh dengan penonton dan peserta. 

Di luar dugaan, anak-anak tampil bagus... tempo dan ketukannya pas. Kalau di sunda... nincak gendang pisan. Kami hampir optimis anak-anak tampil sempurna. Tapi... lagi-lagi... yang namanya anak-anak, mereka gagal menampilkan formasi terakhir dan closing tarian. Melihat itu... kami sempat menunggu "keajaiban", seandainya ada yang bisa memberi solusi atau berinisiatif menyelesaikan tarian. Tapi... anak usia dini memang belum masuk ke tahap solutif ya... Problem Solving skill mereka masih terbatas. Jadi.... harus diterima saja. 

Kostum Tari untuk Anak
Kostumnya bagus kaaaannnn :D
Apakah anak-anak kapok? Tidak. Mereka memang ingin menari. Jadi meskipun agak-agak bingung karena closingnya tidak sesuai, Insyaa Allah mereka akan tampil lagi di bulan Mei. Do'akan saja supaya lancar dan bisa sampai selesai yaa...

Selain Lomba Tari, Kami juga harus mendukung tim Lari Estafet. Kendalanya... Mis-Communication. Kami sudah menetapkan 4 orang anak sebagi satu tim. H-1 orang tuan salah satu anak, menyatakan ketidak siapannya mengantar anak ke lokasi lomba. Padahal anaknya super semangat. Dan memang atletis, jadi sudah siap. Alhasil Kami mencari pemain pengganti, dimana anak dan orang tuanya mendukung. Tapi ternyata...  di hari H, sang Ibu datang bersama anaknya. Welehhhh.... sekarang jadi ada 5 Pemain. Lalu Kami putuskan, agar semua ikut serta, nantinya siapa yang maju... diputuskan di lokasi. Tanpa konformasi lagi, ternyata sang Ibu malah memba pulang anaknya dengan sedikit tipuan, "lombanya gak jadi da... kita pulang aja". Penuturan itu Kami ketahui dari orang tua murid lainnya. Haduhhhh... Saya malah merasa bersalah dan kasihan pada anaknya. 

Karena tim yang maju bukanlah tim inti, pasti kurang maksimal. Alhamdulillah...sempat maju sampai babak semi final. Anak-anak tidak kecewa... karena mereka sudah berusaha semaksimal mungkin. Justru orang tua dan Kami sebagai Guru yang harus belajar ikhlas. Anak-anak tidak pernah mempermasalahkan menang atau kalahnya. Mereka hanya tahu, harus berusaha semaksimal mungkin. Dan memang mereka tunjukkan kseungguhannya dalam berlomba. 

Ahhh.... banyak yang harus dievaluasi dan harus dibenahi. Semoga anak-anak bisa terus mengembangkan minat, bakatnya dengan dukungan penuh dari orang tua. Dan Kami lebih ikhlas lagi menjalani proses mendidik, bukan mengharapkan hasil semata.

Salam... 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar