Unlearning Gadget untuk Bayi 21 Bulan

Bulan ini ada 3 project yang sedang saya rampungkan, ebook #multimedia,  ebook #ladangmain dan proofreading buku antologi parenting. Insya Allah selesai semuanya. ♥️

Seperti yang selalu saya alami, setiap kali ada ilmu yang sedang saya pelajari, maka tantangannya akan hadir satu tema dengan ilmu tersebut. Multimedia - Main Bareng Anak - Parenting Multi Usia 👩‍👧‍👦


Multimedia, erat sekali dengan gadget. Bulan ini saya mendapati Bayi Ali (21 bulan), menganggap gadget time sebagai rutinitas, dan gadget adalah mainan utama. 😨🤦‍♀️

Bayi ini mengenal fungsi HP sebagai alat main, dan alat hiburan yang menarik. Apakah saya sengaja mengenalkan? Tidak sebenarnya. Itu karena kami sekeluarga sempat menggunakan HP di depan bayi. Untuk video call, menonton youtube, membalas pesan, menggambar, belajar dan bermain. Bayi ini mengingatnya dengan baik.

Bayi ini juga tau, di mana saja kami biasa menyembunyikan gadget. Dan tau fungsi ruang kerja sebagai tempat menyimpan laptop dan gadget.

Bayi ini beberapa waktu lalu sempat rutin tantrum hanya karena tidak diizinkan memainkan gadget setelah melihat anggota keluarganya dapat gadget time.. Mungkin ia merasa ketidakadilan telah terjadi. 🤔

Saya juga sempat terbiasa meminta kakak²nya untuk menemani Ali, saat saya harus zoom/live. Karena saya dapat gadget time, maka bayi meminta hal yg sama. Mencegah bayi ngamuk, kakaknya minta izin membolehkan main hp bareng bayi. Inilah yg kemudian dianggapnya sebagai kebiasaan.

Atau saat kakaknya ingin menonton video, Ali juga request untuk menonton video.. di youtube kids. Dia akan merebut hp, scroll dan klik video semaunya hingga ada video yang mau ia tonton.
Jika dihentikan, dia akan tantrum. Dan yang bisa menghadapinya hanya saya.

Maka memang benar, pada anak usia dini, sebaiknya tidak dikenalkan pada gadget sebagai alat hiburan. Ya.. hiburan bagi bayi seharusnya bukan gadget. Ini poin yang ingin saya luruskan.

Maka per pekan kemarin, kami stop screen time di depan Ali. Beberapa hari extra usaha untuk mengalihkannya dari meminta masuk ruang kerja. Tapi kemudian ia enjoy bermain dengan saya.

Tapi anehnya, dia semakin nempel pada saya. Dan menolak untuk digendong oleh Ayahnya. Image ruang kerja milik ayah, sepertinya sudah ia rekam. Dan tidak dibolehkan masuk ruang kerja, artinya Ayah yang melarangnya. Dan sebagai bentuk protes, ia menolak digendong dan main dengan ayah.

Beneran.. pengalaman ini baru bagi saya. Karena dulu.. saya masih bisa belajar photoshop sambil gendong Evelyn.
Dulu saya masih bisa blogging atau belajar gambar digital sambil Kirei  menyaksikan saya pegang laptop. 

Dengan Ali tidak berlaku.

Saya sudah trial untuk zoom di depan Ali selama 30 menit, di siang hari. Lalu HP disimpan. Dan Ali berhasil tidak tantrum.

Saya trial lagi untuk gadget time di malam hari, di jam tidur Ali. Dan coba untuk telat menghampirinya saat terbangun. Telatnya sebentar aja.. gak sampai 1 menit. 😥 Dia tantrum, lalu terjaga, dan minta main hingga dini hari. Ini bukan yang saya inginkan. Dan menjadi pemicu kelelahan yang luar biasa.

Maka saya masih belum bisa untuk ambil gadget time di malam hari dengan waktu yang tetap. Karena memang melihat kondisi Ali.

Saya melewatkan banyak acara live. Dan harus cerdik meluangkan waktu untuk menonton rekamannya.

Saya masih mempertimbangkan dan menyiapkan relearning gadget bagi Ali. HP sebagai alat video call. Laptop sebagai alat untuk mengetik dan print gambar. Dan Kamera sebagai alat utama untuk mengambil foto dan video.

Saat gadget time terbatas, aktivitas dan project mana yang harus didahulukan? Masih belajar.. 🙂

Tidak ada komentar:

Posting Komentar