IM dari Teman Lama

Iseng iseng untuk mengisi waktu selama di perjalanan Subang-Bandung, Bunda Nisrin masuk ke Yahoo Messenger. Tak disangka, ada Instant Message yang belum dibaca. Dari teman semasa SMP dulu.

"Hai..apa kabar?"
"Sekarang kerja di mana?"

@.@ lagi lagi soal pekerjaan, pertanyaan ini levelnya sama seperti pertanyaan yang menyangkut SARA bagiku.
lalu kubalas IM nya:

"Hehe...baru resign tuh kemaren, sekarang lagi liburan dulu. :')"
Tak lama dia membalas:

"wah enak ya liburan."
"beuh..kayak yang gak pernah liburan aja."
"ah..boro-boro, mudik aja gak bisa, gak dapet libur mulu."
"eh, sekarang domisili di mana?"
"kalau di ktp sih di cimahi, tapi sekarang lagi jadi orang gypsy, backpacking-an dulu."
dan anehnya..dia tiba-tiba membalas:
"hahaha..kasian baanget..."

@.@ maksudnya apa? Apa dia pikir, Aku sekeluarga jadi tuna wisma yang luntang lantung gak jelas? [ceritanya rada tersinggung nih!]
Ah, terserah lah..dia mau berpikiran apa. Yang penting aku dan keluarga merasa bahagia dan menikmati anugrah kehidupan ini.

Tapi mungkin Aku sendiri yang kurang tepat dalam menyampaikan fakta yang sebenarnya terjadi [cieee..].  Dan lagi, menyampaikan keadaan atau kondisi kita dengan sedetil-detilnya pada setiap orang yang bertanya juga bukan sesuatu yang baik. Karena, meskipun dijelaskan, kondisi, pemahaman, perasaan setiap orang akan berbeda. Toh ini hidup Aku, kenapa Aku mesti memusingkan bagaimana caranya agar orang memahami dan menyetujui cara hidup Aku? Belum tentu orang yang bertanya itu peduli pada hidup Aku. Bukankah hampir setiap orang lebih mencintai dan memperdulikan dirinya sendiri daripada orang lain? Cukup pada orang-orang tertentu saja Aku menceritakan keadaan hidupku. Itu pun kalau perlu, penting dan mendesak saja.

Jujur, Aku lebih senang mendapat sapaan seperti ini:
"Hai..apa kabar?"
"Sekarang sibuk apa?"
"Bagi-bagi cerita dong, share is care, care is love, love is happiness."

Yah..cukup seperti itu saja, lalu kita sama-sama berbagi hikmah kehidupan. [indahnya...]
Intinya, setiap orang memiliki jalannya masing-masing, namun tujuannya satu, kembali pada Sang Pencipta dan meraih ridha-Nya. Kebahagiaan, tak dapat diukur dengan hitungan matematis, kebahagiaan duniawi tak dapat disamaratakan. Mari saling mendoakan saja agar dapat meraih Dunia Bahagia Akhirat Surga, dengan jalannya masing-masing. :')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar