Belajar Pada Founder Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah, Ahmad Bahruddin

Memasuki Pendakian Ke-3 Keluarga Pembaharu, Kami berkesempatan untuk silaturahim dan belajar pada Founder Kelompok Belajar Qaryah Thayyibah, Bapak Ahmad Bahruddin, atau yang biasa akrab disapa Kang Din. 

Profil Beliau bisa disimak di link berikut ini.

Lokasi Rumah Kang Din dan Kelompok Belajar Qaryah Thayyibah terletak di daerah Kalibening, Tingkir, Salatiga. Kami tiba di lokasi setengah jam lebih awal, sehingga kami punya kesempatan untuk jalan-jalan di sekitar lokasi.

Dan ternyata, di sana anak-anak jadi bisa melihat proses penanaman dan pertumbuhan padi. Karena sawah di sana unik, tidak ditanam secara bersamaan. 




Kami juga sempat menengok mata air di sana, yang sedang ramai dikunjungi oleh anak-anak bermain dan mandi. 

Setelah sedikit menjelajah, kami kembali ke rumah Kang Din, dan bergabung bersama Dakaru (Dasa Keluarga Pembaharu) untuk ngobrol bareng.




Sesi silaturahim berlangsung hingga pukul 11, dari pertemuan singkat nan kaya hikmah tersebut, ada value yang saya tangkap mengenai pendidikan: Mempertahankan, Memberdayakan, Memuliakan.

Setiap anak itu terlahir dengan potensi, kelebihannya masing-masing, setiap anak itu terlahir hebat, merdeka, mampu berpikir mandiri dan punya keinginan sendiri. Tugas pertama orang tua adalah mempertahankannya..

Contoh sederhana, setiap anak itu terlahir dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Sampai usia berapa.. kita bisa mempertahankan rasa ingin tahunya.. menjaga agar ia tetap senang dan berani bertanya?

Kemudian tugas selanjutnya adalah memberdayakan. Agar potensi yang sudah ada bisa terus berkembang, maka potensi tersebut harus kita berdayakan.

Berdayakan dengan cara apa? Dengan cara ya g memuliakan anak.

Nah.. dari 3 value tersebut.. Saya banyak melakukan refleksi.. betapa ada cara Saya yang salah dalam mempertahankan fitrah, memberdayakan potensi, sehingga sempat mencederai kemuliaan anak-anak.

Iya.. posisi anak-anak itu fitrahnya memang lebih mulia dari kita orang tuanya. Kita yang meminta kehadiran anak-anak, bukan anak yang minta terlahir dan memilih orang tuanya.

Maka setiap kali mengambil keputusan mengenai anak, sudah sepatutnya kita mengutamakan persepsi anak. Jangan merasa bahwa orang tua tau segala yang terbaik. Jangan merasa bahwa kebenaran yan hakiki itu hanya orang tua yang mengetahui, dan mengabaikan pendapat dan perasaan anak-anak.

Dalam proses perjalanan menjadi orang tua, tentu banyak peran lain yang juga kita emban. Menurut kang Din, kunci agar tetap seimbang adalah, fokus pada substansi suatu peran dan aktivitas. Kemudian jika ada tantangan, sikapi dengan positif, sehingga justru akan menjadikan kita tetap berjiwa muda, berdaya dan merdeka. 

Seru sekali bisa belajar dan silaturahim.. semoga ada kesempatan untuk belajar lebih banyak lagi. Insya Allah...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar