Semangat Ramadhan yang Kurindu

Kearifan lokal yang suatu daerah miliki, seiring berjalannya waktu, banyak telah berubah menjadi tradisi. Misalnya kebiasaan untuk silaturahmi, berbagi dan bermaafan sebelum masuk bulan puasa, kini di Cianjur terkenal dengan sebutan papajar, dan sudah menjadi tradisi warga cianjur. 

Ada juga kearifan lokal yang sempat menjadi tradisi, namun sudah mulai hilang. Misalnya kuliah subuh. Saat tahun 90-an, saat Saya masih duduk di bangku SD, selama Ramadhan, ba'da Subuh, anak-anak seperti wajib untuk hadir di kuliah subuh, yang diadakan di Gedong Asem/Masjid Agung Cianjur.


Bukan Orang tua yang mendominasi hadir, tapi anak-anak. Saat itu alasan utamanya adalah karena ada tugas untuk menulis resume ceramah ba'da subuh a.k.a kuliah subuh. Tapi kegiatan itu sama sekali tidak membebani. Justru menyenangkan. Pergi ke Gedong Asem Ba'da Subuh dan bertemu dengan ribuan anak-anak lain di jalan sebelum matahari terbit, adalah hal yang menyenangkan dan membahagiakan.


Saat Kuliah Subuh berlangsung, tentu saja banyak yang ngobrol dan mengantuk. Tapi buku Amaliah Ramadhan kami tetap terisi berkat kerjasama teman baru kanan kiri. Kami tidak pernah duduk sesuai sekolah, tergantung rejekinyasaja. Kadang bersebelahan dengan teman sekolah, sering juga tidak. Tapi yang penting, harus saling berinteraksi, agar bisa saling bantu dalam membuat resume kuliah subuh. Paling beruntung jika yang di sebelah kami adalah siswi SMA nan shalehah. Pasti dengan senang hati memberikan resumenya untuk kami contek. :D

Selesai kuliah subuh, adalah yang paling menyenangkan. Antri dan berebut tandatangan penceramah/pembina masjid dan cap masjid. Kegiatan itu sering ricuh, bayangkan saja ribuan anak antri dan berebut giliran. Tapi kami tidak pernah merasa stress.. karena itu menyenangkan. Biasanya kami berebut menumpukkan buku amaliah ramadhan, lalu menunggu ada yang memanggil nama kami. 

Sekarang sudah tidak ada kegiatan seramai dan seseru itu di masjid Agung Cianjur. Padahal dulu anak-anak yang hadir rumahnya banyak juga yang jauh dari lokasi masjid. Tapi itu tidak mengurangi semangat anak-anak untuk hadir di kuliah subuh. 

Yang berjasa banyak atas rajinnya saya ke kuliah subuh, adalah Uyut Khadijah. Beliaulah yang selalu mengajak cucu dan cicitnya untuk menghadiri berbagai majelis ta'lim. Jika beliau sedang tidak sehat, beliau pasti akan tetap mengingatkan kami untuk pergi kuliah subuh. Siapa berani melawan uyut? >.< :D

Dan saat ini, setelah saya menjadi Ibu. betapa saya merasakan bahwa semangat Uyut untuk mengajak cucu dan cicitnya rajin menghadiri ta'lim itu sangat berharga. Semangat itu tidak bisa hadir begitu saja. Diperlukan kedisiplinan, komitmen, konsistensi dan jiwa yang tangguh.. Heuheu.. keren banget ya.

Dan saya merasakan, saya belum setangguh itu. Shalat subuh di masjid yang hanya beda 2 blok saja saya sekarang ogah-ogahan. Alasannya, memilih fokus di rumah. Huuuuu.... 

Padahal ada 3 orang anak perempuan yang perlu saya didik. Jika uyut yang tangguh saja, belum membuat saya tangguh, apalagi saya yang belum tangguh ini? Langsung tertohok..

Itulah pentingnya lingkungan yang kondusif, dan beramar ma'ruf nahi munkar. 
Sekecil apapun ajakan kebaikan, harus kita upayakan. Karena semua hal besar berawal dari hal kecil. Mengajak anak untuk bangun subuh, lama-lama jadi terbiasa bangun subuh dan membangunkan anggota keluarga yang  lain. 

Melatih diri untuk rajin mengikuti ta'lim, mengajak anak-anak, lama kelamaan anak akan semakin cinta pada ta'lim. Membiasakan diri untuk menghiasi hari dengan tadarus, lama kelamaan anak menjadi nyaman dengan suasana rumah yang senantias hidup dengan al-qur'an. Sehingga ia cinta pada al-qur'an.

Dan semuanya berawal dari peran Ibu yang tangguh. Eh tapi, Uyut khadijah yang tangguh itu juga tidak lepas dari bimbingan suaminya yang merupakan alim Ulama. Suami mendidik istrinya, lalu istrinya mendidik anak-anak. Semua saling mendukung dan menyemangati.. Indahnyaaaa... 

Y_Y Jadi muhasabah diri deh... betapa saya masih belum banyak berikhtiar.

Ikhtiar saya, ingin mendekat lagi dengan lingkungan yang kondusif dan teman-teman yang senantiasa saling mengingatkan.

Semoga tulisan ini menjadi do'a yang diijabah di bulan Ramadhan.. Semoga Saya dan keluarga dimudahkan dalam berhijrah, senantiasa diberi petunjuk, hidayah, diberi karunia Iman Islam yang kokoh, hati yang jernih dan ikhlas, dan rasa cinta pada Allah SWT dan Rasul-Nya, Muhammad SAW. Aamiin..

Backsound:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar