Mengamati Gaya Belajar Anak

Kegiatan hari pertama adalah.. membuat mie tek tek bersama dengan teman-teman. Nisrin antusias dengan cara memasak mie yang tidak biasa. Bu Elis, menjadi pembimbingnya. Evelyn yang hobi sekali dengan kegiatan memasak, lebih antusias lagi. Kirei... sibuk memperhatikan sambil naik turun tangga. Dari kegiatan ini, terlihat jika Nisrin bisa menjadi pendengar yang baik. Sementara Evelyn banyak fokus pada instruksi cara membuat mie di kemasan mie instan. Kirei, karena memang fitrahnya lagi senang banyak gerak, ya... harus banyak gerak. 



Hari kedua, kegiatannya adalah membuat Pizza Roti. Sebelumnya kami pernah membuat Homemade Pizza. Kali ini dough nya diganti roti tawar. Nisrin memimpin kegiatan, sambil banyak menjelaskan pada evelyn cara-cara membuat pizza roti. Evelyn, mengoleskan saos tomat, menyiapkan sosis dan keju. Di kegiatan ini, Evelyn berkomentar dengan cara membandingkan Pizza di restoran, homemade pizza, dan yang ada di buku resep. Dia cukup detil menggambarkannya. Sementara Kirei, asyik mengoles dan menyusun topping, sambil sesekali ngemil keju. 

Anak-anak sangat menyukai kegiatan ini dan berhasil membuat snack sendiri. 


Kegiatan Hari ketiga adalah membuat Bubble Snake. Nisrin banyak sekali melontarkan kalimat-kalimat deskriptif. Sementara Evelyn berimajinasi dengan Bubble Snake. Dan bagi Kirei, ini merupakan sensory play yang seru. 



Hari keempat, Evelyn menunjukkan kalau ia sudah berani memanjat pohon sendiri. Pohon di depan rumah, memang sangat asyik untuk dipanjat. Bukan hanya Evelyn, Nisrin dan Kirei pun sangat suka memanjat pohon ini. Bedanya... Nisrin akan asyik menceritakan pengalaman, Evelyn akan berimajinasi dan Kirei antusias untuk bisa memanjat lebih tinggi. 


Hari kelima, kami mencoba membuat Risol. Anak-anak diajak membuka resep dan cara membuatnya. Evelyn... masih lebih fokus pada foto-foto di buku resep, Anak-anak menyiapkan wortel, keju dan tepung roti. Nisrin dan Evelyn bagian melapis risol dengan tepung roti. Kirei asyik mengaduk adonan sampai tumpah-tumpah. Messy Play. :D
Di sela-sela kegiatan ini... Nisrin mengulang cara membuat risol, sementara evelyn membayangkan berjualan risol. Hahahaha....


Kegiatan hari keenam adalah membuat mie kuah instant sendiri. Nisrin tidak banyak bicara. Justru Evelyn yang bertingkah seakan-akan ia yang paling tahu cara membuat mie. Ia menyatakan sudah paham, karena pernah membuat mie dan sudah lihat petunjuk di kemasan mie instant. 
Kirei, antusias mengaduk bumbu dan memetik daun ginseng sebagai pelengkap mie. 


Kegiatan hari ketujuh adalah membuat lampion, atau hiasan gantung. Nisrin jam terbang crafting nya sudah banyak melontarkan komentar, betapa lampion atau hiasan gantungnya begitu sederhana. :P Sementara Evelyn berkomentar imajinatif, "Seandainya lampionnya ada banyak... ada angin yang berhembus... atau diberi tambahan lonceng supaya ada bunyinya.". Kirei, setelah membuat ini, asyik mengayun-ayunkannya sambil berlari. 


Hari kedelapan, membuat cilok bersama teman-teman. Lagi-lagi, Nisrin secara seksama mengulang tahapan membuat cilok ketika kegiatan ini berlangsung. Sedangkan Evelyn fokus pada tugasnya dan sesekali berkomentar, seandainya ciloknya sudah jadi. Kirei mencoba untuk membuat cilok, namun begitu tangannya mulai lengket, ia memilih berhenti. Kami membuat 1/2 kg adonan cilok, dengan isi daging ayam, sosis dan nugget. Hasilnya? 1 mangkok saji besar terisi dengan homemade cilok. Dan anak-anak menghabiskannya dengan lahap. :D


Hari kesembilan, Kami membuat bola-bola tahu. Terinspirasi ketika anak-anak mendengar suara tukang tahu bulat, dan menirukannya. Aha! Kita bikin tahu bulat sendiri. Nisrin penasaran dengan cara membuatnya, dan langsung bertanya pada saya. Sementara Evelyn bertanya, "Ada di buku resep?". :D Sementara kirei, tetap asyik dengan mengaduk, dan membentuk adonan... (sensory play). Alhamdulillah, tahu bulatnya enak, disukai anak-anak. 


Hari kesepuluh, Kami memfasilitasi anak-anak perpus ambu untuk membuat lampion/hiasan gantung. Sementara itu, Nisrin mendampingi Evelyn untuk membuat buku cerita bergambar. 
Kirei asyik menggambar dan menggunting kertas crepe. 


Dari pengamatan tersebut, Saya menangkap bahwa Nisrin yang ketika balita cenderung visual learner, kini setelah pre teen ia cenderung ke auditory. Evelyn, meski penggunaan gadget nya minim dan waktu menonton tv hampir tidak ada, ia tetap cenderung ke visual learner. Dan.. Kirei, masih menunjukkan kecenderungan kinestetik.

Pada masa-masa pengamatan yang riweuh ini, Saya bersyukur karena terdapat perkembangan di intelectual curiosity anak-anak. Perkembangan emosinya juga lebih baik. Nisrin lebih ngemong adiknya, Evelyn yang seketika hilang rewelnya, dan Kirei yang mau dipisah kamar tidurnya. 

Harus lebih gigih lagi menjadi Bunda Cekatan, agar aplikasi Bunda sayang bisa optimal juga... *FAITO!!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar