Welcoming New Family Member [Bagian 1]

Selama hampir mengandung anak ke-3, Saya hampir tidak pernah menceritakannya di Rumah Nisrin maupun Social Media. Bisa dibilang, Saya sempat mengalami "galau" karena mengandung anak ke-3 ini.
Sejak SMA, Saya sudah punya Daftar Impian. Termasuk impian memiliki 5 orang anak:

  1. Nisrin
  2. Evelyn
  3. Ali
  4. Iqbal
  5. Kirei
Begitu kira-kira urutan nama anak yang Saya siapkan. Rata-rata orang yang mengetahui impian Saya ini agak kaget, dan kurang setuju. Hehe... aneh kali yaa... pengen punya anak 5. Padahal sekarang kan jamannya 2 anak cukup. :P

Meskipun begitu, Saya selalu membayangkan kalau jarak usia anak saya tidak terlalu dekat, 4-6 tahun.
Alhamdulillah, Nisrin dan Evelyn beda 4 tahun. Sedangkan Evelyn dengan yang ke-3 ini beda 3 tahun.

Kegalauan Saya bisa dibilang karena Saya sempat terlalu memikirkan pendapat orang lain. Bahkan anggota keluarga yang mengetahui Saya hamil lagi, bukannya bahagia malah kaget dan khawatir. Beberapa juga menganjurkan agar nanti setelah melahirkan anak yang ke-3 sesegera mungkin menggunakan KB IUD. Ada juga yang langsung mengungkit-ungkit agar Saya kembali berkarir, dsb. @.@

Selain itu, Saya juga sempat berpikiran aneh-aneh, negatif soal proses persalinan. Persalinan Nisrin bisa dibilang yang paling sulit. Persalinan Evelyn Alhamdulillah lebih dimudahkan. Tapi tetap saja, selama mengandung anak ke-3 Saya merasa khawatir, merasa takut, merasa tidak mampu menghadapi proses persalinan yang berat. Sering kali Saya melihat status teman-teman di Social Media yang juga sedang menjalani kehamilan. Mereka tampak siap dan tegar sekali. Berbeda dengan Saya.

Alhamdulillah, Suami Saya selalu menghibur dan menguatkan Saya. Karena memang cuma dia yang sangat menyadari kegalauan Saya selama mengandung anak ke-3.

Bulan lalu, Dokter menyatakan bahwa anak ke-3 ini diperkirakan lahir pada akhir bulan Mei. Tapi... memang semuanya Allah SWT yang menentukan.

Tanggal 3 Mei 2014, sekitar pukul 02.30 Saya merasakan kontraksi yang berbeda. Pukul 03.00 Saya menyiapkan tas berisi perlengkapan pasca bersalin, mengatur nafas panjang, dan meminta kekuatan pada Allah SWT. Kemudian Saya membangunkan Suami saya. Sekitar Pukul 03.15 kontraksi yang saya rasakan jaraknya 2 menit sekali. Lebih cepat dari perkiraan. Saya dan suami langsung pergi menuju Bidan/Rumah Bersalin terdekat. Baru 50 meter dari rumah, ketuban sudah pecah. Kontraksi makin terasa. Pukul 03.30 Saya sampai di Rumah Bersalin. 

Dibantu oleh seorang Bidan tanpa Asisten. Saya melahirkan anak ke-3 secara normal dan lancar pada pukul 03.50. Jauh dari yang selama ini Saya bayangkan.
Dan baru kali ini juga anak yang saya lahirkan, langsung saya peluk dalam keadaan belum dimandikan masih berlumuran darah dan lemak. Rasanya bahagia, takjub, lega, penuh syukur, dan sejuta rasa yang tak terungkapkan.

Alhamdulillah, memang Allah SWT sebaik-baik penolong. Padahal selama ini saya berpikiran kurang positif, tapi Allah SWT memberikan yang terbaik, bahkan jauh lebih baik dari yang saya bayangkan.

Mudah-mudahan tulisan saya kali ini bisa menjadi pengingat, manakala Saya kurang berhusnudzon. Allah SWT adalah satu-satunya penolong. Satu-satunya yang dapat memberi kekuatan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar