Di Mana Level Rendah Hatimu Berada?

Nanda biasa berbelanja di segala macam tempat. Mulai dari kaki lima, toko online maupun Mall besar. Suatu hari, Nanda bertemu seorang pedagang susu murni di pinggir jalan. Gerobaknya rapi, susunya juga lezat. Kualitas susu murni dijaga betul oleh sang pedagang. Karena kualitasnya tersebut, Nanda pun berlangganan pada pedagang susu murni tersebut.

Karena sering berbincang-bincang singkat, Nanda jadi tahu, kalau pedagang itu pandai bersyukur. Nanda jadi tahu kalau pekerjaan berjualan susu dengan menggunakan gerobak tidaklah hina. Nanda juga tahu kalau pedagang itu sudah berusaha menjemput rejeki dengan maksimal. Berkahnya, anak-anak si pedagang itu bisa terus berprestasi. Ada yang jadi pedagang juga, ada yang jadi guru, ada juga juga yang jadi pegawai negeri. Pedagang susu itu bersyukur, meski pekerjaannya terus saja berlabel pedagang kaki lima tanpa ada kenaikan pangkat.

Karena kekaguman tersebut, Nanda menceritakan kisah hidup si pedagang susu pada keluarganya. Keluarganya sangat antusias mendengar kisah tersebut. Mereka seakan-akan bangga, bisa mengenal sosok pedagang susu tersebut melalui Nanda.

Suatu hari, Nanda berkeinginan untuk belajar berdagang. Tapi Nanda bingung darimana memulainya. Ketika masih dilanda kebingungan, Nanda mendapat tawaran untuk mengikuti Bazaar di salah satu kegiatan Kampus. Nanda menyambutnya dengan antusias. Nanda berusaha mendapatkan barang untuk dijual dengan sistem konsinyasi. Sehingga ia tak perlu mengeluarkan modal banyak di awal.
Di hari pertama, pengunjung Bazaar tak seramai yang dikira, padahal acara itu cukup besar. Nanda berusaha mengamati situasi, menganalisa penyebab tidak ramainya bazaar tersebut.
Akhirnya Nanda menyadari, kalau posisi ia berjualan kurang strategis.
Di hari kedua, Nanda berkeliling area kampus dan bazaar untuk mengetahui posisi yang strategis. Akhirnya Nanda menemukan tempat yang dianggap lebih strategis. Kekurangannya, tempat tersebut bukanlah area Bazaar. Melainkan di pelataran parkir, pintu gerbang, dekat trotoar, atau bahkan di trotoarnya, mana saja yang memungkinkan dan strategis.
Nanda yang berkeinginan kuat untuk belajar, memberanikan diri untuk membuka lapak dan menyerahkan stand bazaar pada temannya.
Hasilnya cukup memuaskan, dagangan Nanda lebih dilirik dan diminati pengunjung. 

Singkatnya, Nanda semakin pintar menentukan tempat berjualan. Kadang ia mengikuti Bazaar. Kadang ia berjualan di dua tempat, di stand khusus maupun di area "ilegal" seperti trotoar, pelataran parkir, dll.
Temannya ada yang salut dengan usaha nanda, tapi banyak juga yang kaget dengan usaha nanda. Ada yang pura-pura tidak kenal, ketika Nanda berjualan secara "ilegal".

Yang lebih mengherankan, keluarganya juga begitu. Mereka tak mau melirik Nanda. Mereka pura-pura sibuk atau tidak menyadari keberadaan Nanda.
Nanda merasa bingung, kenapa keluarga dan temannya bisa merasa kagum atau bangga ketika mengetahui sosok Pedagang Susu kaki lima, tapi memalingkan muka ketika Nanda melakukan hal yang sama?
Padahal usaha Nanda, tidak selalu berjualan "ilegal". Bila ada kesempatan yang datang, ia menyewa stand bazaar, tetap kuliah, menekuni bidang yang dia senangi, dan menjemput rejeki dengan cara lainnya.

Nanda tidak mau melanjutkan prasangka-prasangkanya. Nanda memutuskan untuk tetap fokus pada nilai-nilai yang dia prioritaskan. 

*Cerita ini hanya fiktif. Namun cerita ini muncul karena teringat pada orang-orang yang baik hati, shaleh, jujur, tidak mau menyusahkan orang lain, pekerja keras, namun tak dimengerti oleh kebanyakan orang.

**Bukan untuk mendukung adanya pedagang kaki lima yang mengganggu ketertiban umum. 

2 komentar:

  1. hati manusia siapa tahu Mbak, kalau saya berusaha sebaik mungkin untuk tidak menyakiti hati manusia lain.. bismillah.. :)

    BalasHapus
  2. Shiipp... Inspiratif. Salam kenal ... :)

    BalasHapus