Wawancara Homeschooling-nya Nisrin

Minggu, 31 November 2010 ada acara "Bandung Martial Arts festival 2010" di taman Ganesha. Karena Bunda Nisrin gabung di Bandung Aiki Jutsu (BAJ), Bunda Nisrin diajakin main ke sana sama temen-temen satu Dojo. Awalnya, pengen berangkat bareng Ayah. Tapi sayang, Ayah Nisrin sudah punya acara sendiri. Jadi, Bunda dan Nisrin berangkat bareng temen satu Dojo deh. 
Sampai di Ganesha, BAJ belum waktunya tampil, padahal di jadwal, sudah waktunya tampil. Ya..sudah biasa ya..kalau di Indonesia. ;'P Nisrin lumayan tertarik dengan acara itu. Pasalnya, banyak anak kecil juga yang ikut tampil dan menunjukkan kebolehannya. Hm..sampai-sampai di rumah, Nisrin mendadak pengen belajar ukemi (red: lompat macan).
Karena acaranya seharian, otomatis, berkesempatan juga saling mengenal teman satu dojo. Mereka juga sempat tanya ini itu tentang Nisrin. Diantaranya, mereka bertanya perihal Homeschooling Nisrin. 

- Homeschooling-nya Nisrin itu seperti apa?
Masih banyak orang yang belum kenal homschooling. Ada yang berpikir kalau homeschooling itu harus ikut Asosiasi atau kelompok Homeschooling. Memang boleh dan ada, tapi tidak harus. Homeschooling-nya Nisrin itu, Nisrin tidak sekolah formal. Tapi Nisrin tetap belajar. Kurikulumnya, Ayah Bunda Nisrin yang ngatur. Sampai umur 6 tahun, Nisrin diprioritaskan untuk mengenal Allah SWT, belajar ngaji, menghafal surat-surat pendek, belajar wudhu dan shalat. 
Untuk pengetahuan umumnya, Nisrin disodorkan dalam bentuk beragam media. Baik yang berbentuk Buku Cerita (ada yang bilingual ada yang tidak), Majalah Anak, VCD, Games, Printable Activities, dll.
Kemampuan bahasa, motorik halus, motorik kasar, bicara, imajinasi Nisrin juga terbilang bagus. Bukannya sombong, tapi memang hasil evaluasi ya...Waktu belajar Nisrin juga tidak terlalu dijadwal, yang rutin hanya belajar ngaji setelah shalat yang lima waktu. Untuk yang lainnya, itu tergantung Nisrin, biasanya Nisrin akan ditawarkan pada dua pillihan. Misal: Nisrin mau baca buku untuk menggunting. Setelah memilih, Nisrin akan memilih lagi buku atau bahan aktivitas mengguntingnya sendiri.

- Bagaimana Nisrin bisa bersosialisasi?
Homeschooling, bukan berarti anak dikurung di rumah. Tapi menjadikan rumah sebagai tempatnya memperoleh pendidikan yang utama. Nisrin memang tidak ikut sekolah formal, tapi apakah sekolah formal menjanjikan untuk menyediakan lingkungan yang baik dan tepat untuk bersosialisasi? Sekarang ini, anak TK atau SD sudah mengenal kata pacaran, suka dengan lawan jenis, ngegeng, dll. Apakah sosialisasi yang seperti itu yang dimaksud? Sosialisasi diperlukan seseorang untuk bisa berempati, berkomunikasi dengan orang lain, dan bekerja sama. Apakah semua anak di sekolah formal sudah pasti memiliki kemampuan itu semua. Tentu saja tidak, itu tergantung anaknya. 
Jadi kalau begitu, sosialisasi diperoleh dari mana? Nisrin tidak sekolah formal, jadi Nisrin punya banyak waktu untuk mengenal keluarga. Keluarga adalah lingkungan sosial terdekat bukan? Nisrin bisa sering mengunjungi para nenek dan kakeknya, om tante yang masih seumuran dengannya atau saudara sepupunya.
Nisrin juga bisa mengikuti aktivitas untuk anak semurannya, misal: Pembinaan Anak Salman, Klub menggambar, Klub Olahraga seperti BAJ, Sanggar Seni, dll. 
Jangan pernah sepelekan kehadiran anak kecil. Meskipun masih kecil, ketika anak sering mengikuti kegiatan orang tuanya, dia juga bersosialisasi. Ayah Nisrin biasa mengikuti pameran buku di berbagai kota. Terkadang Bunda dan Nisrin juga diajak. Dengan begitu, dia tahu pekerjaan Ayahnya, dia tahu bagaimana Ayahnya bekerja. Nisrin juga bisa sekalian belajar komunikasi dengan orang lain. Lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, dsb. Sosialisasi bukan hambatan dalam melakukan homeschooling.

- Ijazahnya dari mana?
Prioritas seseorang dalam kehidupan, bisa berbeda-beda. Ada yang memprioritaskan pendidikan formal setinggi-tingginya agar memperoleh kehidupan yang lebih berkualitas. Tapi apakah itu satu-satunya jalan? Apakah semua orang memerlukan pendidikan formal hingga jenjang S-3 dan gelar profesor? Boleh saja, bila Nisrin kelak memiliki keinginan untuk menempuh pendidikan tersebut. Tapi, melihat dari nabi Muhammad SAW teladan kita, apakah beliau sekolah formal? Apakah Imam Bukhari, Ibnu Sina atau Einstein sekolah formal dan memiliki ijazah? Tidak kan?! Jadi bukan masalah.
Kemudian, doktrin mana yang mengharuskan semua orang berprofesi sebagai pegawai, PNS, dokter, pengacara, pilot, polisi, dll yang mengharuskan adanya ijazah? Sembilan dari Sepuluh pintu rezeki adalah dari berniaga. Kenapa anak kita tidak diajarkan untuk berniaga seperti rasulullah SAW?
Tapi sekali lagi, Ayah Bunda Nisrin hanya mengarahkan, ke depannya, Nisrin akan memiliki keinginan dan cita-citanya sendiri. Bila memerlukan ijazah, bisa didapat melalui ujian persamaan, atau mengikuti ujian internasional seperti IGCSE, 0 Level, EJU, dsb.

- Apakah Nisrin bisa bersaing dengan anak seumurannya yang bersekolah formal?
Hm..lagi-lagi...persaingan global. Entah bagaimana, di zaman ini akrab dengan istilah persaingan global. Mengapa tidak ingat dengan adanya kerjasama, ukhuwah islamiyah. Nisrin memang tidak akan diarahkan untuk bersaing dengan anak lainnya. Tapi Nisrin Insya Allah diarahkan untuk menjadi anak yang shalehah, bernilai, bermanfaat, memiliki skill hidup yang kuat, sehingga Nisrin akan dirindukan dan dibutuhkan banyak orang. Amin.

Yah..begitulah... dari kegiatan Bandung Martial Arts Festival 2010, Bunda Nisrin jadi banyak 'diwawancarai', dan lebih termotivasi untuk lebih semangat, sabar dan ikhlas mendidik Nisrin. Bismillah ^.^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar