Meluaskan Dampak Aksi, Belajar Menjadi Ibu Pembaharu

Awal Juni 2021, dimulainya Perkuliahan Bunda Salihah Institut Ibu Profesional Batch #1. Saat itu saya sedang antusias menyambut ide dan project Ladang Main, Project Passion di Kuliah Bunda Produktif Hexagon City. Saat itu di kepala saya masih berputar-putar aneka macam ide sekaligus masalah. 



Identifikasi Masalah

Dan pas sekali, karena di Bunda Salihah, materi pertamanya adalah Identifikasi Masalah. Saat mengidentifikasi masalah ini saya sempat menuliskan masalah soal pernikahan dan keuangan. Tapi urung saya ambil. Akhirnya saya memutuskan untuk lanjut mengambil masalah bermain bersama anak. Sama seperti saat di Bunda Produktif. 

Cerita Jurnal #1 Identifikasi Masalah

Cerita Jurnal #2 Membangun Tim

Cerita Jurnal #3 Memahami Masalah Bersama Tim

Wawancara dengan Narasumber Ahli

Event Questival Kemerdekaan

Cerita Jurnal #4 SMART dan Sumber Daya

Cerita Jurnal #5 Identifikasi Aksi

Saat merumuskan rencana dan konsep Aksi Sosial, kami sempat punya ragam ide nama aksi. Cinta Bermain, Bermain 123.. tapi Aha! Kami dapat ide, dan memutuskan Project Aksinya diberi nama DNA Bermain

Kenapa DNA Bermain? 

DNA merupakan materi genetik yang menentukan sifat dan karakteristik fisik seseorang. DNA adalah informasi genetic yang dimiliki makhluk hidup yang akan diturunkan pada keturunannya (Alodoc).

Terinspirasi dari sifat alami manusia dan definisi DNA. Kami pun mengambil sebuah insight: jika bermain itu sudah jadi karakter dan kita beneran cinta bermain.. secara tidak langsung kecintaan itu akan diturunkan pada anak-anak kita. Dan kalau kita sudah punya kecintaan itu, tantangan yang membuat tidak siap bermain justru akan teratasi juga.

Dari situlah.. kami menentukan nama project Kami DNA Bermain.

Prototype Aksi Sosial Inovasi



Cerita Jurnal #6 Saatnya Beraksi

Event Kongres Ibu Pembaharu 

Cerita Jurnal #7 ApresiAKSI 

Scale Up Impact 

Changemaker Journey Team

Perjalanan tim bermula dari masing-masing individu, kemudian bertemu dengan teman yang memiliki satu masalah, lalu kemudian ada satu anggota yang gugur. 
Tidak semuanya terdokumentasikan, tapi berikut ini perjalanan yang ingin kami sampaikan. 




Bikin video ini extramiles banget sih... bikin cuma dalam 3 hari, sambil ngerjain deadline tugas Konferensi Ibu Pembaharu. Masih sederhana dan belum otentik banget ya.. karena belum dikasih video personal maupun voice over. 

Tapi ini perdana bikin video dengan jumlah slide lebih dari 20. 

Refleksi Standar Kelulusan Personal

Oh iya, sebelum menetapkan masalah, ada tahapan dimana kita harus menentukan Standar Kelulusan Personal. Daaaan.. saya menetapkan bahwa saya harus menghasilkan Produk Profit, atau minimal yang ada konversi nilai rupiahnya. Meski mungkin profitnya tidak seberapa. Tapiiiii... belum terwujud 😞

Saya merasa perlu untuk membuat keseimbangan dalam hal karya. Karena selama ini saya berkarya dalam hal non profitable (maksudnya dalam nilai rupiah ya..), dan saya belum mandiri finansial. Jika saya bisa seimbang, dan menghasilkan karya yang profitable, maka kegiatan saya di hal non profitable juga akan terjaga.

Awalnya menetapkan Platform Ladang Main sebagai potensi produk profitable. Tapi ternyata calon partner mundur di saat saya dan tim sudah siap. Huhuhu... patah hati dah..

Saya dan partner satu tim, mba Dianita, juga sempat membuat prototype mainan. Mba nita membuat montessori clock puzzle, saya membuat boardgame. 

Mainan karya mba Dianita keren banget... tapi kami belum dapat partner yg bisa diandalkan untuk proses produksinya. Boardgame yang saya buat juga sudah mendapatkan feedback. Tapi sayangnya belum mendapat revisi ilustrasi. Jadi masih tertunda. 

Apakah Saya Berhak Lulus?

Kalau melihat standar kelulusan di Kampus, ya saya berhak lulus. Karena saya mengikuti semua materi perkuliahan, mempelajarinya, mendiskusikannya, mengerjakan tugasnya dengan penuh kesadaran dan kesungguhan. 

Apakah Saya layak disebut Ibu Pembaharu?

Nah... ini masih belum PD ya... kenapa? Karena solusi yang disajikan kemarin baru prototype. Dengan dampak yang belum luas juga. 

Saya juga masih fokus berbagi solusi secara daring. Sementara di masyarakat secara luring, belum berbagi apa-apa. Jadi saya masih harus belajar. 

Apakah Saya layak memasuki Ekosistem Ibu Pembaharu? 

Sama dengan jawaban sebelumnya, jika yang masuk Ekosistem adalah seorang Ibu Pembaharu yang sudah sukses memberikan dampak positif dan berkelanjutan pada masyarakat, maka saya belum memenuhi kriteria tersebut.

Tapi satu komitmen saya, bahwa saya akan belajar di Institut Ibu Profesional hingga tuntas. Belajar dengan kesungguhan, dan berkelanjutan. Maka jika diizinkan, saya ingin memasuki Ekosistem Ibu Pembaharu, dan melanjutkan proses belajar.

Saya siap membuka pikiran, membuka hati, mengulurkan tangan, mempertajam solusi, Berkolaborasi dan meluaskan dampak aksi sosial DNA Bermain dan Aksi Sosial para Ibu Pembaharu lainnya.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar