Ketika Kirei Ingin Berjualan

Setiap anak memiliki fitrah kemandirian yang besar. Sejak bayi, ia akan begitu gigih untuk berusaha membalikkan tubuhnya, kemudian belajar duduk, memasukkan makanan ke mulut, mengambil objek yang dianggap menarik, sampai belajar berdiri dan berjalan. Setiap anak terlahir pantang menyerah dan berkeinginan untuk mandiri. Lalu bagaimana cara untuk menjaga dan memupuknya?


Saya langsung teringat kembali materi pertama Bunda Sayang, Komunikasi Produktif, Di materi tersebut, ada salah satu poin yang berbunyi: "Katakan Tidak Bisa". 

Mari membayangkan sebuah situasi yang kerap terjadi. Anak kita melihat Ayah Bundanya melakukan pekerjaan rumah tangga. Kemudian sang anak dengan rasa ingin tahu yang tinggi, menghampir Ayah Bunda dan ingin melakukan kegiatan yang sama. Sebutlah memotong sayuran. Kira-kira, apa yang akan terlontar dari Ayah Bunda pada umumnya. ^.^ (Silahkan jawab dalam hati)

Sungguh istimewa orang tua yang bilamana situasi itu terjadi, kemudian berkata, "Ayo nak, kita coba potong-potong sayurannya. Kamu pasti bisa." (Semoga kita demikian... :D)

Atau ketika sang anak tiba-tiba berkeinginan untuk membuat camilan dan menjualnya. Bukan soal berapa orang yang bersedia membeli barang dagangan anak kita. Bukan soal berapa laba yang bisa diperoleh. Tapi ketika anak memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu, maka tugas kita adalah mempercayai dan mendukungnya bahwa dia bisa. 

Suatu hari, Kirei merengek ingin memakan camilan kue yang seharusnya disimpan untuk esok hari. Dia merajuk, menangis lalu tertidur. Jadi penyebab rewelnya bukan karena lapar, tapi karena ngantuk. Saat terbangun, ia teringat kembali dengan pelariannya, ia menangis kembali. 

Saat itu terpikir untuk membolehkannya makan camilan kue, tapi tidak ingin memberikannya begitu saja. Kemudian Saya membangunkan tokoh Kempi.

"Kempi.. Ibu punya banyak camilan. Kalau dimakan sendirian, terlalu banyak. Bagaimana kalau kita bagi dan bungkus untuk dijual pada teman-teman."

Ketika mendengar tokoh Kempi, Kirei akan otomatis langsung ikut dalam permainan peran yang saya tawarkan. Kemudian kami mengemas kue menjadi beberapa porsi kecil. Lalu mengajak Evelyn dan Nisrin untuk ikut bermain.

"Gami, Lupi... Kempi jualan kue." ujar Kirei

Kemudian Kirei pun asyik bermain peran bersama kakak-kakaknya, sambil sesekali makan kue jualannya sendiri. Kami mempergakan jual beli menggunakan uang betulan. 1 bungkus 500 rupiah.
Tidak disangka, Kirei suka dengan kegiatan tersebut, lalu meminta supaya kuenya dikemas semua.

Saya pikir ia akan kembali bermain peran dengan kakaknya. Ternyata tidak.

"Ibu,, Kempi mau jualan kue ke teman-teman."

"Panggil saja Gami dan Lupi (Evelyn dan Nisrin)."

"Tak mau. Tadi Gami dan Lupi sudah beli. Jualnya ke teman-teman.. (anak-anak gank perpus)."

Saat itu waktu masih menunjukkan pukul 13.30 WIB, Saya membujuk kirei untuk menundanya. Tapi ia tak sabar. Akhirnya, saya membolehkan Kirei untuk menjajakan kue jualannya ke rumah teman-teman. 

"Ibu.. Kempi mau jualan dulu..", ia pamit sambil menenteng kantong plastik berisi kue jualannya.

Hihihihi... saya hanya bisa tersenyum geli melihat Kirei yang semangat untuk berjualan, ditemani kakak-kakaknya. 

Pulang dari berjualan, ia menunjukkan koin 500 rupiah yang berhasil dikumpulkannya. 

"Ini buat beli cheese stick. Aku mau jualan cheese stick."

Aha! Saatnya saya memberikannya kepercayaan pada Kirei. :D

"Iya Kirei, besok kita beli cheese stick, lalu dibungkus dan dijual." ^.^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar